Kisah Gadis Ini
Diantara Orang-orang yang tak memperhatikannya, gadis ini bercerita
Dalam Keheningan, Ia Bersua
Jumat, 06 Juni 2014
My Pretend
Remembering The Past
Jumat, 30 Mei 2014
Kisah Impianku
Can I ?
Bisakah aku memperlihatkannya pada dunia. Meyakinkan dia, dan diriku, akan dia, akan bakat itu yang selalu aku ingin capai. Aku ingin dukungan itu. Aku ingin berlutut pada mereka agar aku bisa memilikinya dengan utuh. Utuh.
Tapi realita menghentikanku. Tepat di saat aku mulai meyakini akan keberadaannya yang selama ini ada di dalam tubuhku. Mengalir di dalam darahku. Mengisi di tiap rongga-rongga tubuhku. Hanya sedetik ia tiba-tiba mengalir di tanganku. Menggerakkan jari-jemariku, memainkan garis dan lingkaran. Masih kasar. Aku sangat yakin jika aku berlatih dan menaruh keyakinanku padanya, aku pasti bisa menjadi sebaik mereka dengan cara ku sendiri.
Realita adalah sesuatu yang lain yang sangat mengerikan. Dengan waktu senjatanya yang selalu bergerak semu mengikuti semua pergerakan makhluk-makhluk dan benda-benda di jagat raya ini. Realita dengan indahnya, dengan bibirnya yang merona, berkata agar aku berhenti melihat akan bakat itu. Sesuatu yang sangat aku ingin lakukan di kehidupanku. Sesuatu yang selalu membuatku bergairah akan hidupku. Dan realita berkata demikian. Tahu apa dia ! Kau tahu, aku hanya bisa menurutinya saja.
Fakta bahwa aku bisa saja mempelajarinya seumur hidupku tapi aku tidak akan pernah meraih mereka, aku menyerah. Aku menyerah..
Dan aku kira, baiknya, aku mengubur impianku dalam-dalam saja. Menyimpannya di sana sendirian bersama rasa sakit yang terkadang selalu memberontak mengguncang jantungku. Membuat dadaku sesak. Akan ketidakmampuanku...
Jumat, 16 Mei 2014
Yang Aku Rasakan Tentang Mereka
Aku merasa kalau aku jahat. Semua orang berkata kalau aku orang yang baik. Saat bersama orang lain, aku sangat jatuh ke senyuman dan canda tawa yang mereka bawa padaku. Tapi berbeda saat aku mulai sendiri lagi. Aku melihat semua kepalsuan di muka mereka sangat jelas. Baru mengerti arti lain dari tiap kata yang mereka ucapkan. Semua rasanya busuk. Tapi berbeda lagi saat mereka ada di sekelilingku. Semua arti jelek mereka terasa bullshit di diriku. Aku mulai berpikir positif lagi tentang mereka. Lalu aku diacuhkan lagi oleh mereka. Setelahnya aku hanya bisa marah ke diriku sendiri...
Minggu, 02 Februari 2014
Reminiscent
Begitu mendengar lantunan piano itu, gadis ini teringat akan mimpinya. Mimpinya sedari kecil yang selalu dianggap oleh tak berguna. Mimpi masa kecilnya yang selalu dianggap tak berarti. Karena mimpinya bukanlah menjadi sesuatu yang menguntungkan baginya. Mimpi kecil tak berguna yang sebenarnya sangat menyusahkan hidupnya. Hidupnya yang saat ini ia jalani setengah hati. Hanya bermodalkan pikiran-pikiran yang rasional. Pemikiran-pemikiran yang bersifat kapitalis. Tindakan-tindakan oportunistik khayalan. Dengan ego, tapi tanpa emosi. Dengan hati, tapi tanpa cinta. Dengan semangat juang tapi tanpa rasa. Baginya, semua itu hambar. Dan gadis ini hanya membutuhkan garam. Sesuatu yang asin yang melengkapi rasanya. Sesuatu yang sangat melimpah di alam. Tapi sangat jarang di dunianya. Karena ia merasa masih belum dapat mengeksploitasi kekayaan dunianya. Ia hanya hidup di suatu garia lurus. Mencoba menjadi yang dianggap seseorang. Ia hanya ingin menjadi berguna bagi orang lain. Tapi ia tak berguna bagi dirinya sendiri. Dan lantunan musik piano itu menjawab dengan nada-nadanya yang semakin tinggi. Dengan irama yang semakin cepat. Seolah marah pada gadis ini yang hanya bisa pesimis di hadapannya. Lalu nadanya melambat. Seolah menghela napas. Lalu tersenyum. Menyodorkan tangannya. Membantu gadis ini berdiri kembali. Setelah itu piano terdiam. Dan gadis ini kembali berjalan. Menggenggam mimpinya kembali. Meloncati lubang besar. Menuruni lereng terjal yang membuat kakinya keseleo dan tertatih-tatih saat berjalan. Lalu ia kembali berjalan dengan penuh percaya diri, seolah semua itu hanya rintangan kecil. Dan gadis ini kembali percaya bahwa ia akan mewujudkan mimpi masa kecilnya di masa dewasanya. Karena itulah yang membuat hidupnya hidup.
Jumat, 31 Januari 2014
Stay In Memory
Gadis ini tahu bahwa ia hanya seorang gadis kecil tak berdaya. Seorang gadis kecil yg hanya melewati kehidupannya dengan sikap optimisnya. Semua kerja keras yg ia telah lakukan, menyesakkan otaknya. Memenuhi memorinya dengan rumus-rumus tak berguna yg tak pernah ia sukai. Namun, semua hal yg ia temui, bau masa lalu dalam setiap lantunan lagu-lagu yg ia dengar, ingin ia simpan dalam memorinya. Memendam semua aroma yg telah ia lalui di masa lalu ke dalam memorinya. Memendam semua warna dalam masa lalunya ke dalam memorinya. Agar ia dapat kembali melihat keberadaannya di masa lalunya. Tersenyum memikirkan masa lalunya. Menyesakkan dadanya dengan aroma masa lalu yang ia cium. Menyesakkan dadanya dengan warna masa lalu yg ia bayangkan. Gadis ini sangat menganggumi masa lalunya. Banyaknya pertemuan, menghantarkannya ke persimpangan jalan lain. Membuka pikirannya tentang banyak jalan yg dapat ia tempuh ke masa depan. Membuka jendela pengetahuannya tentang arti persahabatan seorang gadis kecil lugu yang indah. Mengagumi kecantikan dan keindahan dalam dunianya yang kecil. Berlari-lari, berteduh di bawah pohon rindang, mencoba mengambil serangga-serangga yang sangat ia benci. Entah kenapa dulu ia sangat menikmatinya. Dan akhirnya banyaknya perpisahan, membuka hatinya yang kini sadar hidup harus selalu berjalan. Roda akan selalu berputar. Duka akan selalu berselang-seling dengan suka. Membuka ketabahan hatinya. Menjadikannya manusia yang kuat. Dan cengeng. Dan jahat. Dan baik. Dan pembohong. Dan polos. Dan pintar. Dan cerdas. Dan bodoh.