Dalam Keheningan, Ia Bersua

Dalam Keheningan, Ia Bersua

Jumat, 30 Mei 2014

Kisah Impianku

Tentang apa yang aku inginkan, apa yang aku selalu ingin lakukan, sesuatu yang selama ini selalu simpan hanya denganku sendiri. Sesuatu itu, bakat itu yang aku rasakan, di saat aku sangat ingin meraihnya. Aku ingin merasakan sesuatu yang selalu ku inginkan itu keluar dari tubuhku. Meliputi setiap bagian di kulitku dengan perasaan bahagia tiap kali bakat itu mulai merasukiku hingga menyesakkan napasku. Aku sangat sangat ingin tetap memiliki rasa itu. Kepuasan dari bakat itu yang selalu berhasil membuatku tersenyum pada duniaku, pada dunia. Memperbaiki tiap sudut dan mengubah cara pandangku terhadap dunia. Aku sangat ingin menggenggamnya di tanganku. Lalu mulai meraih pensil dan kuas itu, mewarnai buku gambar dengan cat minyak berwarna-warni.

Can I ?

Bisakah aku memperlihatkannya pada dunia. Meyakinkan dia, dan diriku, akan dia, akan bakat itu yang selalu aku ingin capai. Aku ingin dukungan itu. Aku ingin berlutut pada mereka agar aku bisa memilikinya dengan utuh. Utuh.


Tapi realita menghentikanku. Tepat di saat aku mulai meyakini akan keberadaannya yang selama ini ada di dalam tubuhku. Mengalir di dalam darahku. Mengisi di tiap rongga-rongga tubuhku. Hanya sedetik ia tiba-tiba mengalir di tanganku. Menggerakkan jari-jemariku, memainkan garis dan lingkaran. Masih kasar. Aku sangat yakin jika aku berlatih dan menaruh keyakinanku padanya, aku pasti bisa menjadi sebaik mereka dengan cara ku sendiri.

Realita adalah sesuatu yang lain yang sangat mengerikan. Dengan waktu senjatanya yang selalu bergerak semu mengikuti semua pergerakan makhluk-makhluk dan benda-benda di jagat raya ini. Realita dengan indahnya, dengan bibirnya yang merona, berkata agar aku berhenti  melihat akan bakat itu. Sesuatu yang sangat aku ingin lakukan di kehidupanku. Sesuatu yang selalu membuatku bergairah akan hidupku. Dan realita berkata demikian. Tahu apa dia ! Kau tahu, aku hanya bisa menurutinya saja.

Fakta bahwa aku bisa saja mempelajarinya seumur hidupku tapi aku tidak akan pernah meraih mereka, aku menyerah. Aku menyerah..

Dan aku kira, baiknya, aku mengubur impianku dalam-dalam saja. Menyimpannya di sana sendirian bersama rasa sakit yang terkadang selalu memberontak mengguncang jantungku. Membuat dadaku sesak. Akan ketidakmampuanku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar